Beberapa Penyakit pada Ayam Broiler yang Sering Dijumpai


  1. CRD (cronic respiratory disease) atau ngorok
    CRD yang juga dikenal dengan istilah MG (mycoplasma gallisepticum) atau PPLO, merupakan salah satu penyakit yang paling populer dan sangat sering ditemui pada peternakan ayam broiler. Penyakit ini disebabkan oleh virus mycoplasma gallisepticum yang menyerang saluran pernapasan, terutama pada ayam broiler muda (antara umur 3-5 minggu). Selain menyerang ayam, penyakit ini juga menyerang berbagai jenis unggas yang lain, seperti burung dara, kalkun, itik, dan sebagainya. Gejalanya, ayam terlihat diam, lesu, dan kehilangan nafsu makan atau tidak mau makan secara tiba-tiba. Selain itu, tinja berbentuk cair dan berwarna pitih, bulu pucat dan kusam, serta pada bagian sekitar anus tampak lengket dan terkena iritasi.

    Sekalipun tidak mengakibatkan kematian, namun serangan penyakit ini bisa menyebabkan tingkat morbiditas (keadaan tidak sehat) yang cukup tinggi. Penyakit CRD bisa ditularkan dari ayam ke ayam, atau dari induk yang sudah terkena CDR dan terbawa ke dalam telur tetasnya. Oleh karna itu, pembibit DOC yang bonafide biasanya sudah atau diharuskan mengantongi sertifikasi bebas CRD terlebih dahulu agar bibit ayam yang mereka keluarkan benar-benar steril dari penyakit tersebut. Selain itu, penyebaran penyakit ini juga bisa melalui tamu yang berkunjung ke peternakan atau penggunaan peralatan yang belum disterilkan dengan antikuman.

    Upaya pencegahan paling dini terhadap penyakit ini adalah penggunaan bibit yang bebas CRD dan menjaga kebersihan kandang. Untuk pemberian vaksinasi memang tidak dianjurkan karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin CRD yang benar-benar efektif. Sedangkan upaya pengobatan pada ayam yang sudah terserang CRD adalah dengan memberikan antibiotik seperti bacitrain dan tylocin, yang diberikan kedalam minuman, pakan, atau diberikan lewat suntikan/injeksi. Bisa juga dengan memberikan tetraklorin secara oral (lewat mulut).

    Sebagai catatan tambahan, penyakit ini mudah dideteksi sekalipun pada kandang yang berisi ratusan ayam. Untuk mendeteksi bilamana ada ayam yang terserang penyakit pernapasan ini, biasanya peternak menengok ayam peliharaannya pada malam hari ketik ayam tertidur. Bila terdengar suara ayam yang sesak nafas atau ngorok, maka ayam tersebut ditandai atau lamhsung dipisahkan.

  2. ND (newcastle disease) atau tetelo
    Penyakit ND atau tetelo ini sangat populer dikalangan peternak ayam broiler. Gejala penyakit tetelo ini memang sangat khas, yakni ayam mengalami gangguan saraf berupa gejala tortikolis, di mana kepala ayam akan bergerak ke kanan-ke kiri atau atas bawahdalam frekuensi yang cukup tinggi. Gejala lainnya adalah ayam terlihat mengantuk, sayap terkulai, kaki lumpuh, ngorok dan sulit bernafas, terjadi gangguan pencernaan seperti diare, dan tidak mau makan.

    Tetelo bisa menyebabkan kematian yang sangat tinggi dan dalam waktu yang singkat. Penyebarannya bisa melalui ayam ke ayam, atau kontak dengan tamu yang masuk ke peternakan dan belum disterilkan. Penyakit tetelo disebabkan oleh virus dari famili paramyxoviridae yang hingga kini belum ditemukan obatnya. Karena itu. upaya yang bisa dilakukan hanyalah pencegahan melalui pemberian vaksin ND yang diberikan ketika ayam berumur 1-4 hari (minggu pertama), dan bisa diulangi ketika ayam berumur 3 minggu. Pemberian vaksin bisa melalui air minum atau tetes mata.

  3. Coccidiosis atau berak darah
    Coccidiosis (baca: koksidiosis) atau berak darah merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai pada peternakan ayam broiler. Penyakit ini menyerang ayam dewasa yang hampir dipanen atau berumur 4-5 minggu.  Gejala awal serangan penyakit ayam pada umumnya. Namun, ciri khasnya adalah munculnya bercak-bercak kotoran ayam berbentuk lembek atau cairan berwarna merah (karena bercampur darah) pada lantai kandang. Penyakit berak darah ini disebabkan oleh semacam protozoa dari genus Eimeria yang menyerang alat pencernaan ayam, seperti usus halus dan usus buntu. Pada ayam yang sudah terserangf penyakit ini, bila dipotong maka bagian ususnya akan memperlihatkan warna merah darah yang begitu kentara.

    Sekalipun angka kematian dari serangan penyakit berak darah ini terbilang tidak terlalu tinggi, namun risikonya tetap besar karena menyerang ayam yang siap dipanen. Kasus penyakit yang satu ini sangat sering terjadi di peternakan ayam broiler karena sebagian besar peternakan memakai lantai litter, dan lantai litter yang basah bisa menyebabkan kandang menjadi lembap dan menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit ini. Sevagai upaya pencegahan awal, untuk memutus siklus penyakit ini, peternak sengaja memberikan masa kosong atau mengkosongkan kandang selama 2 minggu sehabis masa panen. Bisa juga dengan pemberian vaksin lewat tetes mata pada ayam umur 1-4 hari atau lewat air minum pada ayam umur 7-10 hari. Untuk pengendalian dan pengobatan, bisa dengan memberikan obat-obatan yang sangat gampang didapatkan di toko unggas, seperti preparat sulfa, sulfaquinoxaline, clopidol, amprolium, dan sebagainya yang dicampurkan ke dalam air minumnya, dicampur dalam ransum, atau disuntikkan.

  4. Infectious Coryza atau Snot (pilek ayam)
    kasus serangan Coryza atau pilek ayam banyak ditemukan pada peternakan ayam broiler maupun ayam petelur. Penyebabnya adalah bakteri Haemophilus paragallinarum. Penyakit ini menyerang ayam pada segala umur dan biasanya kemunculannya bersamaan dengan serangan CRD. Gejala serangan coryza adalah ayam terlihat seperti kedinginan; mengalami bersin-bersin disertai keluarnya ingus/lendir; sayap terkulai; matanya tampak bengkak, sayu, dan berair, dan pada lubang di atas paruhnya keluar cairan. Selain itu, ayam juga bisa mengalami geja;a sesak napas. Penularannya melalui peralatan di peternakan yang tidak steril dari kuman.

    Untuk pencegahan terhadap serangan penyakit ini, bisa diberikan antibiotik ke dalam air minumnya. Akan lebih baik bila ayam diberi vaksinasi coryza. Sedangkan untuk pengobatan pada ayam yang sudah terkena, bisa diberikan obat-obatan seperti sodium sulfathiaole, sulfamethoxine, sulfamethazine, sulfa merazine, atau erythromycin yang saaat ini banyak tersedia di toko-toko unggas. Bisa juga dengan pemberian preparat enrofloksasin sebanyak 10 gram per kg berat badan ayam selama 3-5 hari berturut-turut. Namun, sebagai catatan, setidaknya satu minggu sebelum ayam dijual, pemberian semua obat-obatan jenis apapun harus dihentikan.
     
  5. Penyakit Gumboro atau IBD
    Penyakit Gumboro atau IBD (infectious bursal disease) merupakan salah satu penyakit yang terbilang masih baru karena kasus pertama yang dilaporkan adalah di tahun 1962 di Gumboro, amerika serikat, tahun 1962. Gejala yang tampak dari serangan penyakit ini adalah ayam secara mendadak kehilangan nafsu makannya, bulunya tampak lusuh dan kotor, serta tinja cair dan berwarna putih. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Avibirnavirus yang menyerang sistem antibodi ayam sehingga daya tahan tubuhnya terhadap penyakit menjadi turun dan mudah terserang berbagai penyakit yang lainnya, seperti ND.

    IBD - VAC digunakan untuk menciptakan kekebalan untuk ayam pedaging dan ayam petelur terhadap penyakit Gumboro

    Serangan umumnya terjadi pada ayam dewasa (3-6 minggu), tapi juga bisa menyerang anak ayam yang masih muda berumur kurang dari satu minggu. Sekalipun tidak menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi, namun serangan penyakit ini menyebabkn angka morbiditas yang tinggi dan kemungkinan munculnya penyakit lain pun semakin besar pada saat yang sama. Pencegahan mekanisme terhadap munculnya penyakit gumboro ini adalah dengan menjaga higienitas dan sanitasi kandang, peraltan, dan juga pekerjanya. Pencegahan lainnya adalah dengan memberikan vaksinasi gumboro pada saat anak ayam berumu antara 7-14 hari yang diberikan melalui air minum.

  6. Marek
    Penyakit marek disebabkan oleh virus herpes tipe B. Gejala spesifik penyakit ini memang tidak tampak karena virus menyerang organ dalam, dan baru kelihatan biilamana dilakukan bedah bangkai. Namun, tanda-tanda yang tampak dari luar antara lain ayam tamak pucat, berat badan turun, tidak punya nafsu makan, dan diare. Ayam yang sudah terifeksi penyakit ini bisa mengalami dehidrasi (kehilangan cairan tubuh) sehingga ayam menjadi kurus kering, bagian hati dan ginjal membesar, kepala ayam menggantung dan melintir, tembolok melebar dan sulit bernapas yang bisa berujung pada kematian. Bila dalam sebuah kandang ditemukan ayam yang sudah terinfeksi penyakit ini, maka ayam tersebut harus segera diambil dan dijauhkan dari kandang. Bila perlu dimusnahkan agar tidak mengifeksi ayam lainnya yang masih sehat. Bentuk pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan memberikan vaksinasi marek.

  7. Kelumpuhan
    Kelumpuhan tak jarang terjadi pada ayam broilerberumur di atas 1 bulan. Gejala kelumpuhan antara lain: sendi pada bagian kaki membengkak dan ayam malas berdiri; kedua kaki melebar ke samping kanan atau kiri sehingga jalannya sempoyongan dan akhirnya rebah. Kelumpuhan bisa saja terjadi karena faktor bawaan dari bibit tersebut, bisa karena kesalahan dalam pemeliharaan, atau bisa juga karena infeksi serangan penyakit tertentu. Untuk faktor bawaan, kelumpuhan terjadi karena menggunakan bibit yang kurang bagus.

    Untuk kelumpuhan yang terjadi karena faktor kualitas pemelihharaan yang kurang bagus, biasanya berawal dari kelalaian peternak dalam mengatur pemberian ransum sehingga unsur gizi yang diberikan pada ternak ayam menjadi tidak seimbang. Kesalah yang terjadi adalah ransum yang diberikan terlalu banyak mengandung karbohidrat dan lemak dengantujuan agar bobot ayam bisa segera ditingkatkan dalam waktu yang relatif lebih singkat, namun miskin atau rendah protein, mineral, dan vitami. akibatnya kerangka tulang, termasuk bagian kakai, akan menjadi lemah dan lama kelamaan terjadi kelumpuhan.

    Serangan penyakit tertentu yang telah menginfeksi sejak lama juga bisa mengakibatkan kelumpuhan. Serangan penyakit coccidiosis (berak darah) atau CRD bisa mengganggu penyerapan unur-unsur makanan dalam usus, termasuk mineral, kalsium, dan fosfor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang. Sebagai pencegahan terhadap munculnya kelumpuhan bisa dengan menambahkan mineral ekstra dan feed-supplement viatamin pada air minum atau ransum yang diberikan.

0 Response to "Beberapa Penyakit pada Ayam Broiler yang Sering Dijumpai"

Post a Comment