Bentuk-bentuk Pencegahan yang Bisa Dilakukan

  1. Seleksi bibit yang berkualitas
    Pemilihan bibit ayam (DOC) yang berkualitas dan bebas penyakit merupakan bentuk pencegahan paling dini yang harus dilakukan oleh peternak ayam. Untuk itu, sangat disarankan sewaku melakukan pembelian bibit (DOC), peternak harus jeli dan hanya membeli bibit dari agen ang terpercaya. Bila perlu, peternak harus mencari informasi dari sesamapeternak ayam mengenai DOC maupun agen/ distributor DOC yang pernah digunakannya.

    Selain itu, DOC yang sangat rentan juga harus diperlukan secara ekstra hati-hati agar terhindar dari serangan penyakit. Misalnya, dengan menempatkan DOC secara terpisah atau memilih kandang tersendiri yang jauh dari kandang ayam dewasa dengan tujuan agar DOC tidak mudah terinfeksi bibit penyakit yang bisa saja tidak mampu menyerang ayam dewasa, amun dengan mudah bisa menyerang ayam yang masih sangat muda.
  2. Pengaturan ransum makanan yang memenuhi gizi yang dibutuhkan
    Pemberian ransum makanan dalam jumlah yang cukup dan memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan akan membuat daya tahan ayam terhadap serangan penyakit semakin tinggi. Ayam yang mendapatkan makanan yang memadai tidak akan mengalami defisiensi gizi dan bsa berproduksi dengan normal.
  3. Higienitas dan sanitasi yang dijalankan dengan disiplin
    Sebagian besar munculnya penyakit pada ayam broiler disebabkan oleh tata laksana kebersihan yang kurang terjaga. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa tibdakan yang bisa dijalankan dalam rangka menjaga higienitas dan sanitasi dari peternakan ayam yang dikelola.

    • Kebersihan kandang harus terjaga dengan dibersihkan secara berkala. Kotoran ayam dan sisa kotoran lainnya dikumpulkan dan dibawa ke tempat khusus. Setelah dibersihkan dengan air, kandang dan segala peralatan disterilkan/disucihamakan dengan menggunakan disinfektan. Disinfektan yang bisa dipergunakan antara lain tepung kapur (bisa ditaburkan di lantai kandang dan dinding kandang), Cairan kapur + garam + air, lysol, sabun detergen, air mendidih, alkohol, amonia, jodophor, dan sebagainya. Namun pemilihan disinfektan harus disesuaikan dengan jenis penyakit yang pernah berjangkit di wilayah lokasi kandang.
    • Setelah diberi disinfektan, kandang sebaiknya dikosongkan hingga beberapa hari, dan kalau bisa malahan hingga lebih dari 2 minggu. Masa kosong atau masa istirahat kandang ini berfungsi untuk memutus mata rantai kehidupan bibit penyakit. Perlakuan serupa juga dilakukan pada kandang sehabis masa panen.
    • Tempat makan dan minum harus dibersihkan setidaknya dua kali sehari agar lebih higienis.
    • Semua peralatan minum, peralatan makan/ransum, dan bahan litter sebelum digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan obat antikuman.
    • Bila menggunakan bahan litter sebagai alas lantai, perlu dikontrol tingkat kelembapannya. Bila bahan litter yang digunakan sudah terlalu basah, lembap, atau bau, sebaiknya diganti agar tiak mengundang bibit penyakit seperti CRD, cocci/berak darah, ataupun snot. Bekas bahan litter kemudian dibuang di tempat yang jauh dari kandang. Namun, pergantian sebaiknya dilakukan secara bertahap, agar ayam tidak stres.
    • Rumput-rumputan maupun tanaman liar yang tumbuh di sekitar kandang juga harus ibersihkan agar pertukaran udara terjaga dan agar tidak menjadi sarang parasit seperti cacaing atau kutu. Begitu pula parit atau selokan air yang ada harus dipastikan mengalir lancar. Jika terjadi genangan air, maka bisa menyebabkan berkembang biaknya nyamuk yang bisa saja membawabibit penyakit.
    • Petugas atau karyawan sebaiknya memakai pakaian khusus yang telah disediakan. Selain itu, masing-masing petugas sebaiknya tidak berpindah-pindah kandang atau hanya berada pada kandang yang telah ditentukan.
    • Petugas yang sedang sakit atau kurang sehat sebaiknya diistirahatkan saja agar kemungkinan menularnya bibit penyakit yang dibawa kepada ternak ayam bisa diminimalisir.
    • Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk kandang, sedangkan tamu atau orang dari luar yang akan masuk ke kandang sebaiknya dibatasi. Atau, bila memang harus ikut masuk kekandang, maka harus disemprot terlebih dahulu dengan obat antikuman.
    • Bilamana ada ayam yang mati, maka bgkainya harus segera disingkirkan dan dikubur dengan ditaburi kapur kering, atau dibakar di tempat khusus (krematorium) dengan tujuan untuk mengindari menyebarnya penyakit kepada ayam lainnya. Begitu pula bila ada ayam yang tampak sakit seberapapun kondisinya, maka harus segera diisolasi dan dijauhkan dari kandang.

  4. Menghindarkan ayam dari stres
    Ayam broiler sangat mudah terkena stres. Apabila stres terjadi, maka bisa membuat nafsu makannya berkurang sehingga daya tahan tubuhnya menurun dan mudah terserang penyakit. Untuk itu, sebisa mungkin peternak harus menghindarkan ayam-ayamnya dari segala faktor pemicu stres seperti berikut :

    • Bunyi-bunyian yang terlalu keras dan riuh seperti suara petasan, suara bising kendaraan bermotor, dan sebagainya.
    • Tingkat kelembapan dan suhu udara yang terlalu ekstrim.
    • Ventilasi atau pertukaran udara yang kurang sempurna.
    • Munculnya parasit seperti kutu atau cacing yang membuat ayam selalu gelisah
    • Pemberian ransum yang jumlahnya kurang atau tidak tepat waktu
    • Pemindahan kandang atau transportasi yang terlalu jauh dan melelahkan
    • Pemakaian bibit yang tidak seragam dialam satu kandang
    • Memakai tenaga kerja atau anak kandang yang terlalu sering berganti-ganti.
  5. Pemberian vaksinasi
    emberian vaksinasimerupakan salah satu upaya pencegahan yang paling dianjurkan. Vaksinasi bertujuan untk memberi kekebalan pada ayam sejak dini, bahkan semenjak hari pertama bibit ayam (DOC) dimasukkan ke dalam kandang. Sebagai contoh, vaksinasi ND sudah bisa diberikan pada anak ayam mulai umur satu hari, sedangkan vaksinasi gumboro bisa diberikan saat ayam berumur 7-14 hari

    Vaksin pada ayam broiler bisa diberikan melalui empat cara yaitu melalui air minum; diteteskan melalui mata atau hidung; melalui suntikan; dan degan disemprotkan. Pemberian secara tetes, bisa lewat mata atau pada hidung (di atas paruh) ayam, biasanya dengan dosis satu tetes per ayam. Bila diteteskan lewat mata, vaksin diteteskan pada salah satu mata ayam dengan menggunakan pipet. Sedangkan pemberian secara tetes lewat lubang hidung, dilakukan dengan meneteskan vaksin tepat di atas salah satu lubang hidung ayam, sementara lubang hidung yang lain ditutup dengan salah satu jari agar vaksin bisa langsung meresap.

    Untuk pemberian vaksin lewat air minum caranya adalah dengan mencampurkan vaksin ke dalam air minum yang naninya akan diberikan kepada ayam. Pemberian vaksin lewat air minum ini sebaiknya dilakukan pada sore hari, dan satu jam sebelumnya vaksin telah dicampurkan ke dalam air minum sesuai takaran atau dosis yang dianjurkan.

    Pemberian vaksin melalui suntikan/injeksi caranya adalah dengan menyuntikkan vaksin ke dalam otot dada atau paha ayam. Sekalipun vaksin akan langsung terserap je dalam tubuh ayam, namaun cara ini kurang diminati peternak karena akan memakan waktu yang cukup lama dan bila tida hati-hati akan menyebabkan ayam mengalami stres. Untuk pemberian dengan cara disemprotkan, caranya dengan menyemprotkan vaksin ke dekatt ayam tapi tidak langsung terkena tubuhnya, sehingga ayam nantinya akan menghirup kaut vaksin tersebut.Karena, pemberian vaksin dengan cara ini haruslah memerhatikan aah hembusan angin, dan sebaiknya tidak dilakukan saat angin sedang berembus kencang. Beberapa catatan penting mengenai vaksinasi pada ayam pedaging.

    • Ayam yang diberikan vaksinasi hanyalah ayam yang sehat saja. Bila ayam sedang kurang sehat, maka pemberian vaksinasi harus ditunda.
    • Vaksin yang dipergunakan berkualitas baik dan belum kadaluarsa
    • Vaksin yang dibutuhkan untuk diberikan pada ayam bisa didapatkan di toko-toko unggas. Agar vaksin tidak rusak, maka sewaktu dibawa ke peternakan, vaksin dimasukkan kedalam termos dan diberi es agar tetap dingin. Selain itu, vaksin juga tidak boleh terkena sinar matahari atau suhu yang panas. Begitu sampai dipeternakan harus segera digunakan. Atau, bila akan disimpan terlebih dahulu, simpanlah di lemari es/pendingin. Untuk dosis maupun cara penggunaan, harus sesuai dengan petunjuk pabrikan yag biasanya terdapat di bungkus kemasannya.
    • Pemberian vaksinasi tidak bolh dilakukan di bawah terik sinar matahari langsung.
    • Pada saat pemberian vaksinasi, mulai sehari sebelumnya hingga sehari sesudahnya (total tiga hari) anak ayam diberi antibiotik dicampur dengan viatamin dan mineral yang dimasukkan ke dalam air minum. Setelah vaksin habis digunaka, botol atau wadahnya harus dimusnahkan dalam air panas agar virus yang tersisa tidak berbahaya nagi kesehtan ayam maupun pekerja di kandang.
    • Untuk pemberian vaksinasi yang dicampurkan ke dalam air minum, jangan menggunakan air yang sudah tercampur dengan zat-zat lain yang bisa membunuh virus dalam vaksin tersebut, sebagai contoh adalah air leding yang mengandung kaporit. Air yang digunakan bisa dengan mengambil air sumur, atau air mineral kemasan. Selain itu, 2,4 jam sebelum vaksin diberikan, ayam jangan diberi minum terlebih dahulu, dengan alasan vaksin yang sudah dilarutkan ke dalam air minum harus dihabiskan dalam waktu sekitar 2-3 jam.

  6. Melakukan pengamatan secara teratur
    Supaya gejala adanya gejala serangan penyakit bisa terdeteksi ebih dini, maka peternak sebaiknya melakukan pengamatan setiap harinya pada semua kandang ayam yang ada, terutama pada saat ayam sedang diberi pakan. Bila ada ayam yang tampak lesu, mata sayu, kehilangan nafsu makan, atau memilih tidur sementara ayam yang lainnya berebut pakan, maka ada kemungkinan ayam tersebut sedang tidak sehat atau malah terinfeksi penyakit. Bila mendapati ayam yang semacam itu, maka langsung diambil supaya penyakit yang kemungkinan telah menginfeksinya tidak menular ke ayam yang lain.
  7. Pembuatan jadwal kontrol kesehatan dan tindakan pencegahan penyakit (pemilihan bibit, vaksinasi, pemberian disinfektan, dan sebagainya)
    Tidak adanya penjadwalan secara teratur terhadap upaya kontrol kesehatan dan pencegahan penyakit pada ayam seringkali menjadi salah satu faktor utama menurunnya kesehatan dan daya tahan tubuh ayam yang dipelihara. Jadwal bisa dibuat dengan model yang sederhana, semisal dengan menuliskannya di sebuah buku catatan khusus yang berisi tanggal pelaksanaan kegiatan kontrol kesehatan dan pencegahan penyakit, atau akan lebih baik dengan membuat tabel atau dalam bentuk matriks di papan tulis sehingga bisa dilihat oleh banyak orang yang bekerja di peternakan tersebut. Selain itu, agar lebih informatif, di bagian bawah tabel iberi uraian nama-nama pekerja yang diserahi tugas beserta deskripsi mengenai tugas yang harus diembannya, eaktu pelaksanaan (pagi, siang atau sore hari), frekuensi (berapa kali dalam sehari? apakah seminggu sekali ataukah dua minggu sekali?), dan lain-lain.

    Selain bisa dijadikan panduan dalam pembagian kerja, jadwal yang telah dibuat tersebut juga bisa dijadikan sebagai sarana evaluasi terhadap langkah maupun bentuk pencegahan yang selama ini tlah dilakukan. Tujuannya agar ke depan bisa dilakukan perbaikan terhadap program kontrol kesehatan maupun pencegahan penyakit yang selama ini telah dilakukan. Misalnya, bila frekuensi tindakan masih kurang, maka perlu ditambah. Bila ada program atau tindakan lain yang sangat perlu untuk dilakukan namun selama ini belum diberikan, maka bisa dimasukkan dalam jadwal tersebut.

1 Response to "Bentuk-bentuk Pencegahan yang Bisa Dilakukan"

  1. klo ayam mati karna air terlalu tinggi kandungan besi gimana ya?

    ReplyDelete